Varian Omicron Bisa Kalahkan Dominasi Varian Delta, Ini Kata Pakar | Tarakan TV
Keterangan Gambar : Ilustrasi varian Omicron (B.1.1.529). Dokter di Afrika Selatan yang pertama kali menyadari ada varian baru Covid-19 mengatakan, gejala varian Omicron sangat ringan seperti infeksi virus umumnya. Nama untuk varian Omicron, diambil WHO dari huruf ke-15 dalam alfabet Yunani
Tarakantv.co.id - Varian baru virus corona, Omicron, sejak
dilaporkan pertama kali terus membawa kekhawatiran. Menurut pakar penyakit
Afrika Selatan, varian Omicron bisa saja mengalahkan dominasi Delta. Sebelum
varian Omicron diketahui memiliki kemampuan yang lebih menular, varian Delta
telah lebih dulu menjadi varian virus corona paling menular.
Saat muncul pertama
kali di India, varian Delta telah menyebabkan tsunami Covid-19 yang mengerikan
di negara itu, selanjutnya menjadi varian dominan di seluruh dunia. Dikutip
dari Reuters, Rabu (1/12/2021), penemuan varian Omicron telah menyebabkan alarm
global. Banyak negara di dunia yang mulai membatasi perjalanan dari Afrika
Selatan, karena khawatir varian baru corona ini menyebar dengan sangat cepat.
Bahkan, varian baru
Omicron ini juga dapat memberi infeksi pada populasi yang telah divaksinasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, hal itu akan memberi risiko tinggi
terhadap potensi lonjakan kasus Covid-19.
Pakar penyakit menular dari Afrika Selatan
berpendapat bahwa varian Omicron bisa menjadi kandidat yang paling mungkin
menggantikan atau mengalahkan varian Delta yang sangat menular. "Kami
pikir apa yang akan mengalahkan Delta? Itu selalu menjadi pertanyaan,
setidaknya dalam hal penularan, mungkin varian khusus ini adalah
variannya," kata Adrian Puren, direktur eksekutif South Africa's National
Institute for Communicable Diseases (NICD) kepada Reuters.
Apabila varian
B.1.1.529 atau yang kini populer dikenal sebagai varian Omicron terbukti lebih
menular dibandingkan varian Delta, maka varian Covid-19 tersebut dapat
menyebabkan lonjakan Covid-19 yang tajam.
Para ahli pun
mengkhawatirkan bahwa bisa saja penularan varian Omicron ini memberikan tekanan
terhadap perawatan rumah sakit. Puren mengatakan bahwa para ilmuwan harus
mencari tahu lebih dalam tentang karakteristik Covid varian Omicron tersebut,
setidaknya dalam waktu empat minggu.
Ia menekankan bahwa
para ilmuwan harus dapat mengetahui sejauh mana varian Omicron dapat
menghindari kekebalan yang dihasilkan oleh vaksin Covid-19 maupun dari infeksi
sebelumnya.
Sebuah laporan anekdot dari dokter Afrika Selatan
yang telah merawat pasien dengan Covid varian Omicron mengatakan bahwa
tampaknya gejala varian Omicron cenderung ringan. Termasuk dengan gejala
seperti batuk kering, demam dan keringan malam. Akan tetapi para ahli telah
memperingatkan agar tidak menarik kesimpulan terlalu dini terkait gejala varian
Omicron, maupun karakteristik terkait kemampuan infeksinya.
Kesimpulan dini varian
Omicron kalahkan Delta
Lebih lanjut Puren
mengatakan bahwa saat ini, masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah varian
B.1.1.529 Omicron dapat menggantikan dominasi varian Delta di Afrika Selatan.
Sebab, sejauh ini, para ilmuwan Afrika Selatan, baru dapat berhasil mengurutkan
87 urutan genom dari varian Omicron.
Kendati demikian,
fakta bahwa kasus Covid-19 mulai meningkat dengan cepat, terutama di provinsi
Gauteng dengan wilayah padat penduduk, merupakan tanda bahwa beberapa penularan
telah terjadi. Varian Delta telah mendorong terjadinya gelombang ketiga
Covid-19 di Afrika Selatan, dengan jumlah kasus yang memuncak hingga lebih dari
26.000 kasus per hari pada awal Juli.
Sementara varian Omicron diperkirakan akan memicu
gelombang keempat Covid-19 di negara ini, dengan infeksi harian yang terlihat
mencapai 10.000 kasus pada akhir minggu dari sekitar 2.270 kasus pada Senin.
Ahli mikrobiologi
klinis di NICD, Anne von Gottberg mengatakan sepertinya infeksi Covid-19 telah
meningkat di seluruh negeri. Sebab, pada Senin lalu, laporan NICD menandai
sejumlah besar kasus Covid-19 di antara bayi berusia di bawah dua tahun.
Akan tetapi, von
Gottberg memperingatkan agar tidak lebih dulu menghubungkannya dengan varian
Omicron. "Sepertinya beberapa dari penerimaan itu mungkin sudah dimulai
sebelum munculnya Omicron.
Kami juga melihat
ada peningkatan kasus influenza hanya dalam sebulan terakhir ini, jadi kami
harus benar-benar berhati-hati untuk melihatnya. infeksi saluran pernapasan
lainnya," katanya. "Kami melihat data dengan sangat hati-hati, tetapi
saat ini saya tidak terlalu yakin bahwa kita dapat menghubungkannya secara
definitif dengan varian Omicron," imbuh von Gottberg.
Sumber: Kompas.com
2 Komentar